~ Jazakalloh Khoiron Katsiro atas kehadiran n supportnya dlm acra mabit MQS PI Thn baru 1432 Hijriah, smoga dpt brmanfaat n mnjadi jln amal n elmu. Amiin.. ~

Jumat, 27 Februari 2009

Tausiyah "Dakwah Jalan Kami"

AL HABIB HASAN ASSEGAF USTAD ARIFIN ILHAM DAKWAH JALAN KAMI

Readmore »»

Selasa, 24 Februari 2009

Kalam Hikmah: Peka dan Peduli Terhadap Derita Orang Lain

Oleh Ust. Abdul Hakim S, Si
Majalah Shaff Edisi 19 Th.II Oktober-Nopember 2008

"Aku beristighfar mohon ampun kepada Allah swt selama tiga puluh tahun karena mengatakan Alhamdulillâh," ujar al-Syibli rahimahullâhu Ta'ala pada suatu hari kepada muridnya.
"Bukankah ucapan Alhamdulillâh adalah pujian dan syukur terhadap Allah, mengapa mesti beristighfar karenanya?" tanya muridnya heran. "Karena ucapan itu lahir dari perasaan yang salah" jawab al-Syibli.

Maka al-Syibli pun mulai bercerita, "Tiga puluh tahun lalu aku adalah seorang pedagang kain di pasar kota Baghdad ini. Suatu hari terjadi kebakaran hebat di kota Baghdad. Merasa cemas dengan keselamatan daganganku, segera aku bergegas menuju pasar. Api pun telah membakar di mana-mana. Seluruh toko di pasar itu hangus terbakar, kecuali tokoku sendiri.

Melihat tokoku tidak terbakar api, spontan aku mengatakan Alhamdulillâh! Tetapi sesaat kemudian aku menyesali ucapanku, karena Alhamdulillâh yang aku katakan adalah ungkapan kegembiraan melihat tokoku selamat tetapi tidak peduli dengan toko lain yang hangus dimakan api. Setiap mengenang kejadian itu aku beristighfar mohon ampun kepada Allah".

Melihat orang-orang yang tinggal di kolong jembatan, kita ingat rumah kita yang layak dan enak, maka kita pun mengatakan Alhamdulillâh.
Jika ucapan ini lahir dari rasa senang terhadap nikmat yang kita dapatkan tanpa ada rasa prihatin terhadap penderitaan orang yang tidak punya tempat tinggal itu, maka kita harus beristighfar memohon ampun kepada Allah atas tidak pekanya perasaan kitaMelihat orang lain yang menderita kelaparan, kita ingat bahwa kita selalu mendapatkan makanan setiap hari, lantas kita mengatakan Alhamdulillâh.

Nabi saw bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidaklah beriman seseorang sampai ia menyukai kebaikan bagi saudaranya seperti ia menyukai kebaikan untuk dirinya sendiri." (HR. al-Bukhari, Muslim, al-Nasai dan al-Tirmidzi dari Anas bin Malik ra)

Artinya jika kita senang perut kita kenyang maka jika ada orang lain yang kelaparan maka terasa perihlah hati kita dan kita pun rela berbagi makanan dengan mereka. Itu tandanya ada iman di hati kita.

Jika kita senang tubuh kita sehat, melihat orang lain yang sedang sakit terasa perihlah hati kita dan terdorong untuk meringankan penderitaan orang itu. Ini tandanya ada iman di hati kita.
Puasa Ramadhan mengajarkan kita arti lapar dan haus. Kita berpuasa, ada makan sahurnya dan ada berbukanya. Kita berpuasa hanya tiga belas setengah jam di siang hari, bukan sehari semalam. Kita berpuasa hanya sebulan dalam satu tahunnya, bukan sepanjang tahun. Puasa kita memang singkat, tetapi tafakur kita lah yang harus sangat panjang. Tafakur panjang membuat mata dan telinga hati kita mendengar dan melihat jeritan derita orang di sekitar kita.

Tidak sedikit orang yang berpuasa dua puluh empat jam dalam satu hari, tanpa makan sahur tanpa berbuka. Mereka berpuasa karena memang tidak ada makan. Jika kita menderita karena menahan lapar dan haus dalam waktu yang tidak terlalu lama, mereka pasti jauh lebih menderita karena kelaparan yang sudah terlalu lama.

"Tidaklah beriman seseorang sampai ia menyukai kebaikan bagi saudaranya seperti ia menyukai kebaikan untuk dirinya sendiri."

Readmore »»

Senin, 16 Februari 2009

Ciri-ciri Orang yang Ikhlas

Seri Mutiara Al Hikam
Oleh Aa Gym

Syaikh Ahmad Ibnu Athaillah berkata dalam kitab Al Hikam,

“Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang ruh (jiwa) nya adalah tempat terdapatnya rahasia ikhlas (ketulusan) dalam amal perbuatan”
Bab tentang ikhlas adalah bab yang mutlak dan paling penting untuk dipahami dan diamalkan, karena amal yang akan diterima Allah SWT hanyalah amal yang disertai dengan niat ikhlas.

“Tidaklah mereka diperintah kecuali agar berbuat ikhlas kepada Allah dalam menjalankan agama”.
Oleh karenanya, sehebat apapun suatu amal bila tidak ikhlas, tidak ada apa-apanya dihadapan Allah SWT, sedang amal yang sederhana saja akan menjadi luar biasa dihadapan Allah SWT bila disertai dengan ikhlas.


Tidaklah heran seandainya shalat yang kita kerjakan belum terasa khusyu, atau hati selalu resah dan gelisah dan hidup tidak merasa nyaman dan bahagia, karena kunci dari itu semua belum kita dapatkan, yaitu sebuah keikhlasan.

Ciri-ciri dari orang yang memiliki keikhlasan diantaranya :

1. Hidupnya jarang sekali merasa kecewa,
Orang yang ikhlas dia tidak akan pernah berubah sikapnya seandainya disaat dia berbuat sesuatu kebaikan ada yang memujinya, atau tidak ada yang memuji/menilainya bahkan dicacipun hatinya tetap tenang, karena ia yakin bahwa amalnya bukanlah untuk mendapatkan penilaian sesama yang selalu berubah tetapi dia bulatkan seutuhnya hanya ingin mendapatkan penilaian yang sempurna dari Allah SWT.

2.Tidak tergantung / berharap pada makhluk
Sayyidina ’Ali pun pernah berkata, orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya, karena setiap kita beramal hakikatnya kita itu sedang berinteraksi dengan Allah, oleh karenanya harapan yang ada akan senantiasa tertuju kepada keridhaan Allah semata.

3.Tidak pernah membedakan antara amal besar dan amal kecil
Diriwayatkan bahwa Imam Ghazali pernah bermimpi, dan dalam mimpinya beliau mendapatkan kabar bahwa amalan yang besar yang pernah beliau lakukan diantaranya adalah disaat beliau melihat ada seekor lalat yang masuk kedalam tempat tintanya, lalu beliau angkat lalat tersebut dengan hati-hati lalu dibersihkannya dan sampai akhirnya lalat itupun bisa kembali terbang dengan sehat. Maka sekecil apapun sebuah amal apabila kita kerjakan dengan sempurna dan benar-benar tiada harapan yang muncul pada selain Allah, maka akan menjadi amal yang sangat besar dihadapan Allah SWT.

4. Banyak Amal Kebaikan Yang Rahasia
Mungkin ketika kita mengaji dilingkungan orang banyak maka kita akan mengaji dengan enaknya, lama dan penuh khidmat, ketika kita shalat berjamaah apalagi sebagai imam kita akan berusaha khusyu dan lama, tapi apakah hal tersebut akan kita lakukan dengan kadar yang sama disaat kita beramal sendirian ? apabila amal kita tetap sama bahkan cenderung lebih baik, lebih lama, lebih enak dan lebih khusyuk maka itu bisa diharapkan sebagai amalan yang ikhlas. Namun bila yang terjadi sebaliknya, ada kemungkinan amal kita belumlah ikhlas.

5. Tidak membedakan antara bendera, golongan, ras, atau organisasi
Fitrah manusia adalah ingin mendapatkan pengakuan dan penilaian dari keberadaannya dan segala aktivitasnya, namun pengakuan dan penilaian makhluk, baik perorangan, organisasi atau instansi tempat kerja itu relatif dan akan senantiasa berubah, banyak orang yang pernah dianggap sebagai pahlawan namun seiring waktu berjalan adakalanya berubah menjadi sosok penjahat yang patut diwaspadai. Maka tiada penilaian dan pengakuan yang paling baik dan yang harus senantiasa kita usahakan adalah penilaian dan pengakuan dari Allah SWT.

Begitu besar pengaruh orang yang ikhlas itu, sehingga dengan kekuatan niat ikhlasnya mampu menembus ruang dan waktu. Seperti halnya apapun yang dilakukan, diucapkan, dan diisyaratkan Rasulullah, mampu mempengaruhi kita semua walau beliau telah wafat ribuan tahun yang lalu namun kita senantiasa patuh dan taat terhadap apa yang beliau sampaikan.

Bahkan orang yang ikhlas bisa membuat iblis (syaitan) tidak bisa banyak berbuat dalam usahanya untuk menggoda orang ikhlas tersebut. Ingatlah, apapun masalah kita kita janganlah hati kita sampai pada masalah itu, cukuplah hanya ikhtiar dan pikiran saja yang sampai pada masalah tersebut, tapi hati hanya tertambat pada Allah SWt yang Maha Mengetahui akan masalah yang kita hadapi tersebut.

Semoga Allah SWT membimbing kita pada jalan-Nya sehingga kita bisa menjadi hamba-Nya yang ikhlas. Amiin.

Readmore »»

Jumat, 13 Februari 2009

Amplop Titipan Ustad

oleh Saad Saefullah

Peristiwa ini saya alami sekitar tiga tahun yang lalu. Hanya satu bulan setelah anak saya yang kedua lahir, saya menganggur—perusahaan memberhentikan semua karyawannya (termasuk saya) begitu saja, tanpa memberikan pesangon sepeserpun. Kehilangan pekerjaan, tidak punya tabungan sama sekali, dan dengan orang anak yang masih kecil, sesaat kehidupan kadang kala seperti ingin berhenti.

Suatu pagi, ketika saya sedang menjemur pakaian, itu (dengan mencuci tentunya) merupakan pekerjaan saya pada pagi hari, seorang gadis datang ke pekarangan rumah kontrakan kami dengan tergopoh-gopoh. Matanya berkaca-kaca dan ia bicara dengan suara tangis yang tersendat, “Maaf Pak, saya menganggu…” ujarnya, tanpa basa-basi, “Saya berasal dari Cikampek dan saya hendak ke Plered. Saya kehabisan ongkos. Kalau Bapak berkenan saya ingin menjual kerudung yang tengah saya pakai ini sama Bapak…. Saya sudah tidak punya uang lagi…”

Saya mengernyitkan kening. Bingung bagaimana menanggapinya. Saya kemudian tak urung memintanya untuk menunggu sebentar, dan saya menemui istri di kamar yang tengah menyusui bayi laki-laki kami. Saya terangkan permasalahannya, dan kemudian bertanya padanya, “Kita punya uang berapa lagi sekarang?”
Istri saya menjawab, “Tinggal dua puluh ribu lagi….”
Saya terdiam, namun kemudian berbicara dengan suara sedikit serak. “Bagi dua ya. Kita sedekahkan setengahnya…”
Istri saya setuju. Jauh di lubuk hati saya berpikir keras, cukup apa kemudian Rp. 10 ribu sisanya buat kami untuk kebutuhan satu hari saja? Ada bayi dan seorang anak kecil, dan dua orang dewasa di rumah ini yang perlu makan? Tapi saya tidak berpikir panjang lagi.

Kemudian saya menemui gadis itu yang sudah mencopot kerudungnya. “Berapa lagi yang kamu perlukan untuk sampai ke Plered?” tanya saya.
Jawabnya, “Sekitar Rp. 6000, Pak…”.
“Maaf, ini saya hanya punya segini, semoga bisa bermanfaat…” ujar saya. Gadis itu menyodorkan kerudungnya, “Ini kerudungnya, Pak…”
Saya menggeleng, “Tidak. Kamu pakai kerudung kamu lagi. Bantuan saya tidak ada apa-apanya, hanya semoga saja bisa membantu kamu, setidaknya untuk sampai ke Plered, tujuan kamu…”
Gadis itu menangis lagi, “Terima kasih, Bapak. Saya sudah sejak dari tadi, sudah sejak dari jalan besar sana meminta bantuan, tapi tidak ada yang mau menolong saya… Terima kasih, Bapak…”

Gadis itu permisi. Saya melanjutkan kembali menjemur pakaian dengan otak yang berpikir keras. Uang Rp. 10.000 yang tertinggal bersama kami mungkin akan dibelikan tahu, telur 2, dan sebungkus mi instan. Saya berkata kepada istri saya. “Kamu sama si Teteh (anak perempuan saya yang pertama yang masih berumur 3 tahun) makan sama telur dan tahu. Biar saya makan sama mi saja…”
Istri saya menukas, “Tapi Ayah kan sudah makan mi instan selama tiga hari ini berturut-turut…”
Saya tersenyum, “Untuk periode sekarang, sepertinya nggak apa-apalah dulu. Yang penting kamu sama si Teteh jangan sampai kekurangan gizi dulu…”
Istri saya terdiam, kembali tenggelam menyusui anak kami yang kedua.

Sisa hari itu dilalui dengan biasa saja. Malamnya, saya harus pergi ke pengajian yang letaknya sekitar 4 kilo dari rumah. Saya tidak menggunakan angkot ketika itu karena uang yang tertinggal hanya Rp. 2000 lagi dan saya tinggalkan bersama istri.
Seusai pengajian, ustad yang mengisi pengajian menghampiri saya. “Ini ada titipan dari seseorang…” seraya menyodorkan sebuah amplop. Saya gelagapan, “Dari siapa ya Ustad? Dan titipan apa ini?”
Ustad tersenyum, “Sepertinya uang. Siapa yang memberikannya, tidak perlulah tahu. InsyaAllah, halal dan thoyyib. Katanya ini hanya hadiah saja…”
Saya tidak berkata apa-apa lagi. Di sisi lain saya merasa berat, namun saya juga merasa bersyukur masih ada yang memperhatikan kondisi keluarga saya ketika berada dalam kesulitan. Saya mengucapkan terima kasih dan meminta Ustad untuk menyampaikannya kepadanya.

Di jalan, saya membuka amplop itu ternyata memang berisi uang Rp. 300.000! Subhanallah, itu jumlah yang sangat banyak buat saya. Saya belikan istri martabak telur kesukaan istri dan ketika sampai ke rumah, kami menyantapnya bersama, sementara anak-anak sudah terlelap. Istri saya berujar lirih, “Allah selalu akan mengganti sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan. Mungkin ini berkah dari sedekah tadi pagi yang Ayah berikan…”

Readmore »»

Minggu, 01 Februari 2009

Jadwal Kajian DT Jakarta Peb 2009

1. Kajian MMQ Elnusa
Tempat : Masjid Baitul Hikmah Elnusa, TB. Simatupang Cilandak Jak-Sel
Waktu : Selasa, 03 Februari 2009 jam 18.30 (Ba’da Maghrib berjama’ah)
Pemateri : Ustadz Qomarudin Cholil S.Ag

2. Kajian MMQ ISTIQLAL.
Tempat : Masjid Istiqlal , Taman Wijaya Kusuma – Jakarta Pusat
Waktu : Ahad , 08 Februari 2009 Jam : 12.00 – 15.00 wib.
Pemateri : KH. Abdullah Gymnastiar.

3. Kajian MMQ Pondok Indah
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah , Jln.Sultan Iskandar Muda No.1
Waktu : Selasa , 10 Februari 2009 Jam : 19.00 – 21.00 wib.
Pemateri : KH. Abdullah Gymnastiar.

4. Kajian MMQ Baitul Ihsan – Bank Indonesia
Tempat : Masjid Baitul Ihsan , Jln. Budi Kemulyaan-Jakarta Pusat
Waktu : Senin , 23 Februari 2009 Jam : 19.00 – 21.00 wib.
Pemateri : KH. Abdullah Gymnastiar.

5. Kajian Muslimah Elnusa
Tempat : Masjid Baitul Hikmah Elnusa, TB. Simatupang Cilandak Jak-Sel
Waktu : Selasa, 03 Februari 2009 jam 16.00 (Ba’da ‘Ashar berjama’ah)
Pemateri : Bunda Ningrum

6. Kajian Muslimah Baitul Ihsan
Tempat : Aula Masjid Baitul Ihsan – Bank Indinesia
Waktu : Senin , 23 Februari 2009 Jam : 16.00 – 18.00 wib.
Pemateri : Ustdz.Hj. Ningrum Maurice Nugroho

7. Kajian Muslimah Pondok Indah
Tempat : Aula Masjid Raya Pondok Indah – Jakarta Selatan
Waktu : Selasa , 10 Februari 2009 Jam : 16.00 – 18.00 Wib.
Pemateri : Ustdz. Hj.Ningrum Maurice Nugroho.

8. Kajian Muslimah Sabtu Pagi ( KMSP )
Tempat : Musholla Baiturrahman ,
Jln. Bangka I Rt 001/03 Pela Mampang – Jakarta Selatan.
Jam : 10.00 – 12.00 wib. / setiap hari Sabtu Pagi.
07 Feb’2009 : “ Hijrah dan Jihad bagi Muslimah” bersama: Ustz. Erika
14 Feb’2009 : “ Keutamaan Shaum2 Sunnah “ bersama: Ustz. Shinta Santi
21 Feb’2009 : “ Tolabul Ilmi “ bersama: Ustz. Teti
28 Feb’2009 : “ Mendidik Tanggung Jawab pada anak “
Bersama: Ustd.Ningrum Maurice.

9. Kajian Khazanah Hadist
Tempat : Musholla Baiturrahman,
Jln. Bangka I Rt 003/01 Pela Mampang – Jakarta Selatan.
Jam : 18.30 – 20.30 Wib.
Waktu : Hari Rabu , tgl : 4 ,11 , 18, 25 Februari 2009.
Pemateri : Ust. Miftahuddin.

10. Kajian Majelis Sehati
Tempat : Musholla Baiturrahman,
Jln. Bangka I Rt 003/01 Pela Mampang – Jakarta Selatan
Agenda : Ahad, 1 Februari 2009 jam : 13.00 – 15.00 Wib.
Tema : Mengapa Harus Menikah
Pemateri : Ust. Harits Budi Rahmat
Agenda : Ahad, 22 Februari 2009 Jam : 13.00 – 15.00 Wib
Tema : Tradisi & Perilaku yang menghalangi Pernikahan
Pemateri : Ust. Ihsan Hakim.

Informasi Kajian DT Jakarta : Riri ( 021-7235255 / 021-92837428 / 0815-9998064 )

Readmore »»