~ Jazakalloh Khoiron Katsiro atas kehadiran n supportnya dlm acra mabit MQS PI Thn baru 1432 Hijriah, smoga dpt brmanfaat n mnjadi jln amal n elmu. Amiin.. ~

Rabu, 19 September 2007

Syukur, Kunci Hidup Bahagia

oleh Ahmad Novriza Nasution

Bahagia adalah sesuatu yang diharapkan dan diidam-idamkan
setiap orang yang pernah hidup di atas dunia. Tidak ada satupun orang yang tidak ingin hidupnya senang dan bahagia, bahkan jika pernah sekali waktu kita mendengar ucapan, “Biarlah aku menderita dan tidak mendapatkan apa-apa asalkan anakku bahagia”, yang diucapkan oleh seorang orang tua karena sangat sayangnya kepada sang anak, sebenarnya Sang orang tua tersebut sedang mencari kebahagiaan dengan memilih cara berkorban perasaan buat anaknya.
Pembicaraan mengenai kebahagiaan sangatlah menarik untuk dibahas. Mengapa? Karena selain alasan tersebut di atas, rasa bahagia dan tidak bahagia bisa berganti dalam sekejap mata. Pernahkan anda merasa senang dan happy pada saat siang tapi ketika sore perasaan itu seolah hilang entah ke mana tak tahu rimbanya. Bahkan sambil bertanya-tanya dalam hati kita terus mencari-cari ke mana rasa bahagia yang barusan atau beberapa jam yang lalu sedang kita nikmati dan kita rasakan.

Penyebab Rasa Bahagia dan Tak Bahagia
Tiap orang tentulah berbeda-beda apa yang menyebabkan timbulnya rasa bahagia atau tidak bahagia. Jangankan untuk orang yang berbeda, untuk anda sendiri pun, bisa merasakan dua hal tersebut dengan sesuatu yang sama tapi kondisi yang berbeda. Anda mungkin sangat bahagia ketika mempunyai isteri yang sangat cantik dan rupawan, yang hanya memandangnya saja gairah dan semangat anda sebagai seorang suami menjadi luar biasa menggelora. Dalam hitungan detik anda bisa tidak bahagia dan terganggu dengan orang yang usil memperhatikan isteri anda dari ujung kepala sampai kaki sambil tersenyum-senyum. Perasaan cemburu dan tidak senang menggantikan perasaan bahagian anda. Atau contoh lain ketika anda begitu bahagia di kantor karena ada berita kenaikan gaji, akan menjadi berbeda rasanya ketika anda menceritakan hal ini kepada isteri anda, isteri anda bukannya bersyukur dan mencium tangan anda malah menyusun daftar barang-barang yang akan dibelinya. Bahkan dalam hitungan detik rasa bahagia bisa meluap entah ke mana.

Di manakah Kebahagiaan?
Ada sebuah pernyataan seorang psikolog di salah satu tulisannya menyebutkan, jika anda meletakkan kebahagiaan di luar diri anda maka anda tidak akan pernah merasa bahagia. Kita tak memerlukan apa-apa untuk bahagia. Kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri, permasalahannya adalah kita sering kali mencari keluar diri untuk menemukannya.

Pernahkah anda mencari tahu dalam diri anda sendiri berapa banyak rasa bahagia dan tidak bahagia anda rasakan dalam satu hari? Kemudian lanjutkan dengan pertanyaan mana yang lebih sering anda rasakan, bahagia atau tidak? Tuliskan dalam hati anda apa saja yang membuat anda tidak senang hari ini? Lanjutkan dengan apa saja yang membuat anda senang dan bahagia hari ini?

Kenapa Kita perlu Merasa Bahagia
Alangkah tidak enaknya hidup ini jika kita tidak tahu kenapa kita mesti ada di dunia ini. Begitupun alangkah beruntungnya kita, jika setiap udara dan nafas yang kita tarik kita mengerti siapa yang memberikan, berapa lama kita bisa rasakan. Mari setidaknya kita membuat sedikit hitung-hitungan. Bukan dengan maksud hendak menghitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita karena pasti kita tidak akan sanggup menghitungnya. Tapi saya hanya sekedar mengajak anda rileks dan mari mulailah menghitung. Periksa apakah masih ada detak nadi dan jantung kita. Coba perhatikan sekeliling anda, apakah masih berfungsi dengan baik penglihatan anda, apakah masih bisa kita membedakan warna-warna yang ada di jalan, rumah, atau sekitar kita. Cobalah pulang ke rumah, tatap kecantikan dan rasakan penghormatan serta kesetiaan isteri anda yang begitu dalam terhadap anda. Raih gapaian anak-anak anda yang lucu dengan tatapan matanya jika anak anda masih balita dan baru akan tumbuh. Teruslah mencari dan menghitung, dan rasakanlah keajaibannya.

Tambah Syukur = Menambah kebahagiaan
Kata syukur adalah kata yang berasal dari bahasa arab dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1) Rasa terimakasih kepada Allah, dan (2) Untunglah (menyatakan lega, senang, dan bahagia.). Dalam Al-Quran kata ”syukur” dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat kali. Persoalannya sekarang banyak orang yang tidak meyakini dan akhirnya merasakan keajaiban rasa syukur kepada sang Maha Pencipta yakni Allah SWT. Banyak juga rasa bahagia itu sama sekali tidak muncul karena dibutakannya mata hati kita dalam menikmati dan menghayati ayat-ayat Tuhan dalam diri dan kehidupan kita sehingga kita lupa untuk bersyukur. Jadi bagaiman caranya agar Kebahagian bisa kita rasakan? Jawabannya adalah tambahlah rasa syukur kepada Allah atas setiap karunia yang diberikannya kepada kita. Adakah yang mau menjual seharga 100 juta rupiah untuk dua bola matanya. Ataukah ada yang ingin menjual sepasang lengan dan kakinya untuk sebuah rumah. InsyaAllah saya lebih memilih tidak dan mengharapkan pertolongan Allah dan bersyukur saja untuk memperolehnya.

Syukur Hanyalah Kunci
Tentu saja seperti kata Aa Gym, syukur adalah sekedar kuncinya. Sementara agar dapat menggerakkan kunci dan membuka lemari haruslah dengan ikhtiar dan sungguh-sungguh, diiringi dengan doa mengharapkan pertolongan Allah dan kepasrahan kepada-Nya agar kunci tidak patah dan kita bisa menikmati hidangan di dalam lemari dengan enak dan nyaman.

Mencontoh Rasululullah SAW
Dalam sebuah riwayat diceritakan suatu malam Rasulullah Muhammad SAW shalat malam hingga kaki beliau bengkak, isteri beliau Aisyah ra bertanya, kenapa Rasulullah SAW melakukan hal ini, padahal dia adalah kekasih dan utusan Allah, orang yang ma’shum diampunkan Allah dosanya. Rasulullah SAW hanya membalas dengan menyatakan bahwa ia hanya bersyukur kepada Allah. Pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah Swt.
Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS Al-Baqarah [2]: 152).

Wassalam

Readmore »»