Oleh Muhammar Khamdevi
Setelah shalat isya' tampak Fadli khusyu' sekali berdo'a. Hal itu mengundang perhatian seorang tua untuk mendekatinya.
Setelah Fadli berdo'a, ia lalu menegurnya dan bertanya.
"Apa yang kamu pintakan, sehingga engkau begitu khusyu'nya berdo'a?"
"Aku meminta kepada Allah supaya aku dimudahkan untuk menjemput rejeki yang melimpah, Kek! Di masa yang serba sulit ini, semua seakan serba mahal untuk aku memenuhinya."
" Moga para malaikat mengaminkan do'a hambanya yang teraniaya ini. Moga Allah mengijabah do'amu, Nak!"
"Aamiiin ya Allah! Ya Rabbal 'alamiin!"
"Kamu mau tahu apa saja sebenarnya yang termahal, selain kesulitanmu yang kecil itu?"
"Adakah yang lebih mahal lagi?"
"Ada!"
"Apa itu, Kek?"
"Anugerah yang termahal adalah Hidayah dan Iman yang semakin menebal. Rejeki yang termahal adalah Ketentraman Jiwa. Berkah yang termahal adalah Keteguhan Hati. Bekal Hidup yang termahal adalah Kegemaran akan Ilmu Din dan Ibadah yang Bertambah lagi Berkelanjutan. Amalan yang termahal adalah Taubat yang diringi dengan Kejujuran akan Kesalahan dan Keistiqamahan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Warisan termahal adalah Akhlaq Mulia. Akhlaq yang termahal adalah sikap Tawadhu' lagi Hanif. Perlindungan termahal adalah Perlindungan dari sifat Dengki lagi Tinggi Hati. Penjagaan termahal adalah Silaturahim dan Persaudaraan. Jihad termahal adalah Jihad terhadap Diri Sendiri. Hadiah termahal adalah Ridha Allah dan Perjumpaan denganNya.
Kenapa tidak kau pintakan itu, selain yang kau pintakan tadi?"
Fadli terdiam. Serta merta ia pun terisak.
"Ya Allah! Kenapa aku selalu hanya meminta materi dan materi saja? Padahal ada yang lebih mulia lagi penting dari itu semua. Apa jadinya dengan materi, tapi tanpa itu semua. Dan apa jadinya tanpa materi, tapi tanpa itu semua."
"Semoga Allah sudi mencurahkannya merata kepada dirimu, Nak!"
Waterpoured.blogspot.com gimilham.multiply.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar