Oleh Rubina Qurratu'ain Zalfa
Tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah 1 Muharram, bukan hari raya agama, meski dinyatakan sebagai hari libur nasional. Perayaan Tahun Baru Islam juga tidak semeriah perayaan Tahun Baru Masehi.
Namun Tahun Baru Hijriah memiliki makna penting bagi umat Islam, menjadi bagian sejarah Islam yang menandai perjuangan berat seorang Rasulullah Muhammad Saw dalam menyebarkan risalah Islam dan menjadi sebuah awal perubahan bagi umat Islam, terutama dari sisi spiritual.
Tahun Baru Hijriah yang didasarkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw bersama kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah, bukan sekedar hijrah secara fisik tapi juga hijrah secara drastis dari sisi mental. Seperti yang diungkapkan oleh sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab tentang hijrahnya Nabi Muhammad Saw, bahwa "Hijrah itu membedakan antara yang hak dan bathil. "
Oleh sebab itu, umat Islam selayaknya tidak memandang tahun baru Islam hanya sekedar pergantian tahun biasa seperti ketika kita merayakan tahun baru Masehi. Tapi mencontoh semangat hijrah Rasulullah terutama dari sisi mental dan spiritual, dengan lebih memurnikan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah Swt. Menguatkan tekad dan niat untuk melakukan pembaharuan drastis dan membebaskan diri dari kebathilan dan dari cinta dunia menjadi cinta hanya kepada Allah Swt.
Mampukah kita? Melakukan perubahan drastis memang bukan perkara yang mudah, butuh kemauan kuat dari dalam diri kita sendiri untuk bertindak revolusioner. Namun tak ada kata susah, jika kita memang ingin mengisi sisa waktu kita hidup di dunia dengan perbuatan baik dan mengejar pahala semata-mata karena Allah Swt. Kalau tidak dari sekarang kapan lagi?
Yang paling ringan mungkin bermuhasabah dan sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan yang merugikan amaliyah diri kita sendiri. Apa saja kebiasaan yang merugikan itu, mungkin berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, dan diri kita sendirilah yang paling tahu kelemahan masing-masing. Mengutip kalimat Kyai Haji Abdullah Gymnastiar alias AA Gym, mulailah dari hal yang kecil, dari diri sendiri dan dari sekarang. Mudah-mudahan, perubahan-perubahan kecil ini akan makin mendewasakan kita dan meningkatkan kecintaan kita padaNya.
Yang terpenting adalah, mari kita luruskan niat untuk "hijrah" karena mengharapkan ridho Allah Swt semata. "Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasulnya... " (HR Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah Swt senantiasa membimbing kita ke jalanNya dan serta memberi hidayah dan rahmatNya pada kita semua, dan pada bangsa ini yang sedang dilanda ujian musibah dan bencana bertubi-tubi.
Selamat Tahun Baru...
Jakarta, 1 Muharram 1429 H
rubina_zalfa@yahoo. Com
Tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah 1 Muharram, bukan hari raya agama, meski dinyatakan sebagai hari libur nasional. Perayaan Tahun Baru Islam juga tidak semeriah perayaan Tahun Baru Masehi.
Namun Tahun Baru Hijriah memiliki makna penting bagi umat Islam, menjadi bagian sejarah Islam yang menandai perjuangan berat seorang Rasulullah Muhammad Saw dalam menyebarkan risalah Islam dan menjadi sebuah awal perubahan bagi umat Islam, terutama dari sisi spiritual.
Tahun Baru Hijriah yang didasarkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw bersama kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah, bukan sekedar hijrah secara fisik tapi juga hijrah secara drastis dari sisi mental. Seperti yang diungkapkan oleh sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab tentang hijrahnya Nabi Muhammad Saw, bahwa "Hijrah itu membedakan antara yang hak dan bathil. "
Oleh sebab itu, umat Islam selayaknya tidak memandang tahun baru Islam hanya sekedar pergantian tahun biasa seperti ketika kita merayakan tahun baru Masehi. Tapi mencontoh semangat hijrah Rasulullah terutama dari sisi mental dan spiritual, dengan lebih memurnikan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah Swt. Menguatkan tekad dan niat untuk melakukan pembaharuan drastis dan membebaskan diri dari kebathilan dan dari cinta dunia menjadi cinta hanya kepada Allah Swt.
Mampukah kita? Melakukan perubahan drastis memang bukan perkara yang mudah, butuh kemauan kuat dari dalam diri kita sendiri untuk bertindak revolusioner. Namun tak ada kata susah, jika kita memang ingin mengisi sisa waktu kita hidup di dunia dengan perbuatan baik dan mengejar pahala semata-mata karena Allah Swt. Kalau tidak dari sekarang kapan lagi?
Yang paling ringan mungkin bermuhasabah dan sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan yang merugikan amaliyah diri kita sendiri. Apa saja kebiasaan yang merugikan itu, mungkin berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, dan diri kita sendirilah yang paling tahu kelemahan masing-masing. Mengutip kalimat Kyai Haji Abdullah Gymnastiar alias AA Gym, mulailah dari hal yang kecil, dari diri sendiri dan dari sekarang. Mudah-mudahan, perubahan-perubahan kecil ini akan makin mendewasakan kita dan meningkatkan kecintaan kita padaNya.
Yang terpenting adalah, mari kita luruskan niat untuk "hijrah" karena mengharapkan ridho Allah Swt semata. "Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasulnya... " (HR Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah Swt senantiasa membimbing kita ke jalanNya dan serta memberi hidayah dan rahmatNya pada kita semua, dan pada bangsa ini yang sedang dilanda ujian musibah dan bencana bertubi-tubi.
Selamat Tahun Baru...
Jakarta, 1 Muharram 1429 H
rubina_zalfa@yahoo. Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar