Oleh Syamsul Arifin
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, ia berkata: Dua orang pemuda, yang satu dari golongan Muhajirin dan yang lain dari kaum Ansar, saling berbaku-hantam. Seorang dari kaum Muhajirin berteriak: Wahai kaum Muhajirin! Dan seorang dari Ansar juga berteriak: Wahai orang-orang Ansar! Kemudian keluarlah Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan berkata: Ada apa ini? Kenapa harus berteriak dengan seruan jahiliah? Mereka menjawab: Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah! Kecuali ada dua pemuda yang berkelahi sehingga seorang dari keduanya memukul tengkuk yang lain. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: Kalau demikian, tidak apa-apa! Tapi hendaklah seseorang itu menolong saudaranya yang lain baik yang zalim maupun yang dizalimi. Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya dan apabila dizalimi maka hendaklah ia membelanya. (HR Bukhari-Muslim)
Bantulah saudara kita ketika sedang dizalimi maupun ketika sedang berbuat zalim.
Dalam kacamata umum, melihat/mengetahui ketika saudara kita sedang dizalimi merupakan suatu hal yang mungkin relatif mudah, (terlepas dari apakah nanti bisa membantu/menolongnya dari penindasan/penzaliman).
Namun, hal yang lebih sulit yaitu ketika kita membantu saudara kita ketika ia sedang berbuat zalim. Baik itu menzalimi dirinya sendiri maupun ketika ia sedang menzalimi orang lain.
Terkadang, muncul perasaan tidak enak, merasa sungkan, khawatir tersinggung, takut salah, dll. Padahal, budaya saling mengingatkan itu merupakan bagian dari kaum muslimin semenjak dulu. Bahkan, seharusnya, kita sebagai seorang muslim, meminta dinasihati/diingatkan.
Seorang manusia pasti tidak terlepas dari ke-khilaf-an. Kesempurnaan seorang manusia bukanlah karena ia tidak pernah salah, namun ketika ia menjadi ingat ketika melakukan kesalahan.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS. Al-A'raaf: 201)
Ada beberapa catatan yang mungkin bisa kita lakukan ketika berusaha mengingatkan saudara kita.
• Awali dengan niat yang suci, lurus karena Allah agar saudara kita tersadar dari perbuatan khilafnya, mengingatkan bukan untuk memalukannya, maupun membuatnya merasa terpojok dengan merasa diri sebagai orang yang paling benar dan membuatnya seakan-akan dia adalah manusia yang paling bersalah di dunia ini
• Gunakan hati, karena hati hanya bisa disentuh oleh hati pula. Bukan sekedar kata-kata kering yang meluncur dari lisan yang tidak dibalut cinta, dan bukan berasal dari pribadi yang memiliki rasa sayang kepada sesama saudara
• Sebisa mungkin buatlah peringatan tersebut menjadi sebuah peringatan pribadi, atau diingatkan secara personal, untuk menghindari rasa malu dan juga sifat membela diri secara berlebihan. Namun jika memang diperlukan, sebagai pelajaran bagi saudara-saudaranya yang lain, tidak ada salahnya mengingatkannya secara umum dan terbuka, namun tidak diarahkan langsung ke orang yang bersangkutan.
• Kalau perlu marah, marahlah. Lakukan pada orang yang tepat, diwaktu dan tempat yang tepat, dengan kadar yang tepat, dan karena alasan yang tepat pula.
• Gunakan metode-metode yang mungkin dilakukan, dengan melihat skala dari kezaliman dan kemampuan yang kita miliki. Mencegah kezaliman dengan tangan (kekuasaan, -red), atau mencegahnya dengan lisan atau perkataan (termasuk juga melalui tulisan).
• Bersikap bijaklah dalam memandang suatu permasalahan. Milikilah ilmu dan pandangan yang luas dalam bersikap, karena bisa jadi, peringatan yang kita lakukan malah membuat masalah menjadi semakin besar, atau bisa juga malah menciptakan suatu permasalahan baru. Beberapa hal yang bersifat parsial, cabang maupun tambahan seharusnya tidak lebih diutamakan dari hal-hal yang bersifat pokok dan prinsipil.
• Terakhir, sadari, bahwa setiap insan memiliki potensi untuk berbuat salah, dan terkadang ia/mereka tidak melihat/mengetahui ketika berbuat salah. Bukankah orang yang berada dalam hutan tidak dapat mengetahui gambaran hutan secara keseluruhan. Karena itu, dibutuhkan semangat saling ingat-mengingatkan, bantu-membantu dalam bingkai iman dan rasa cinta karena Allah.
Janganlah ragu tuk membantuku ketika diriku sedang berbuat zalim…
“… Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya…”
Jakarta, 22 Januari 2008
http://genkeis.multiply.com/
Kamis, 24 Januari 2008
Bantu Aku Ketika Sedang Berbuat Zalim
Kamis, 17 Januari 2008
Nasehat Imam Al Ghazali
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya.
Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya.
Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185).
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam
Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah
SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".
Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "MENINGGALKAN SHOLAT".
Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.
Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Jumat, 11 Januari 2008
Selamat Tahun Baru Islam 1429 H
Tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah 1 Muharram, bukan hari raya agama, meski dinyatakan sebagai hari libur nasional. Perayaan Tahun Baru Islam juga tidak semeriah perayaan Tahun Baru Masehi.
Namun Tahun Baru Hijriah memiliki makna penting bagi umat Islam, menjadi bagian sejarah Islam yang menandai perjuangan berat seorang Rasulullah Muhammad Saw dalam menyebarkan risalah Islam dan menjadi sebuah awal perubahan bagi umat Islam, terutama dari sisi spiritual.
Tahun Baru Hijriah yang didasarkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw bersama kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah, bukan sekedar hijrah secara fisik tapi juga hijrah secara drastis dari sisi mental. Seperti yang diungkapkan oleh sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab tentang hijrahnya Nabi Muhammad Saw, bahwa "Hijrah itu membedakan antara yang hak dan bathil. "
Oleh sebab itu, umat Islam selayaknya tidak memandang tahun baru Islam hanya sekedar pergantian tahun biasa seperti ketika kita merayakan tahun baru Masehi. Tapi mencontoh semangat hijrah Rasulullah terutama dari sisi mental dan spiritual, dengan lebih memurnikan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah Swt. Menguatkan tekad dan niat untuk melakukan pembaharuan drastis dan membebaskan diri dari kebathilan dan dari cinta dunia menjadi cinta hanya kepada Allah Swt.
Mampukah kita? Melakukan perubahan drastis memang bukan perkara yang mudah, butuh kemauan kuat dari dalam diri kita sendiri untuk bertindak revolusioner. Namun tak ada kata susah, jika kita memang ingin mengisi sisa waktu kita hidup di dunia dengan perbuatan baik dan mengejar pahala semata-mata karena Allah Swt. Kalau tidak dari sekarang kapan lagi?
Yang paling ringan mungkin bermuhasabah dan sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan yang merugikan amaliyah diri kita sendiri. Apa saja kebiasaan yang merugikan itu, mungkin berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, dan diri kita sendirilah yang paling tahu kelemahan masing-masing. Mengutip kalimat Kyai Haji Abdullah Gymnastiar alias AA Gym, mulailah dari hal yang kecil, dari diri sendiri dan dari sekarang. Mudah-mudahan, perubahan-perubahan kecil ini akan makin mendewasakan kita dan meningkatkan kecintaan kita padaNya.
Yang terpenting adalah, mari kita luruskan niat untuk "hijrah" karena mengharapkan ridho Allah Swt semata. "Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya, hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasulnya... " (HR Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah Swt senantiasa membimbing kita ke jalanNya dan serta memberi hidayah dan rahmatNya pada kita semua, dan pada bangsa ini yang sedang dilanda ujian musibah dan bencana bertubi-tubi.
Selamat Tahun Baru...
Jakarta, 1 Muharram 1429 H
rubina_zalfa@yahoo. Com
Selasa, 08 Januari 2008
MQS PoNdoK InDah "Momentum Hijrah"
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Segalah puji hanya milik Allah kepada-Nya kita berbakti dan kepada-Nya kita memohon agar ditetapkan dalam hidayah aqidah yang lurus. Sholawat untuk rasulullah tercinta, keluarga, sahabat dan ummat.
Bapak, Ibu, Sahabat sekalian. Menuju Qolbun Salim (MQS) bekerja sama dengan Manajemen Masjid Raya Pondok Indah, mengundang Anda sekalian untuk hadir dalam acara :
Malam Muhasabah Menuju Qolbun Salim
Masjid Raya Pondok Indah - MQS PI
Edisi menyambut TAHUN BARU HIJRIYAH
tema : " MOMENTUM HIJRAH !!"
Waktu :
Rabu 9 Januari 2008 / 1 Muharram 1429 H
Pukul 18.00 sd 06.00 pagi hari kamis . (TAHUN BARU ISLAM 1429 H)
Tempat : Masjid Raya Pondok Indah (Samping Mall Pondok Indah)
Agenda : Tausiyah interaktif - Qiyamullail - Muhasabah & Dzikir - Kuliah Subuh
Narasumber diantaranya : Ust. Tifatul Sembiring, Ust. Ibnu Jarir. Lc, Ust. Syam Abdul Fattah dll.
Acara ini terbuka untuk umum, ikhwan/akhwat dan tidak dikenakan biaya.
Informasi
MQS HOTLINE : 021-70145049
DT Jakarta : 021-7235255
Masjid Pondok Indah : 021-7666165
Saman Ishak : 0812-8624761
Abdul Fattah : 0815-9635384
Mohon bantuannya untuk menyebarkan dan menginformasikan acara kegiatan ini kepada siapa saja.
Jazakumullahi khoiron katsiron.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
~MQSpublishing~
http://www.menujuqolbunsalim.blogspot.com/
email & YM : qolbun.salim@yahoo.com